[Fanfiction-Part/Romance] You That I Love - Minwoo BoyFriend (Part 3)



Tittle                  : You That I Love
Author                : Yaka
Genre                 : Romance
Ranting              : T (Teen)
       Main Cast          : -MinWoo BoyFriend, -Kim Shin Hye (OC)
       Disclamer           : This Fanfict is my mine. Don't Copy and Don't Bashing.


Ø Only Tears

Sinar mentari kini sudah mau menunjukan wujudnya walau sedikit malu karena sesekali masih bersembunyi dibalik awan. Sinar indah mentari sangat kontras dengan warna biru langit yang indah dan awan putih yang beriring rapi. Shin Hye meletakan tangan kanannya tepat diatas pelipis mata berguna untuk mengahalangi
sinar matahari yang lumayan menyilaukan mata ketika ia menengadah untuk meliahat orang yang berdiri didepanya.  Hanya terlihat siluet seorang laki-laki, laki-laki yang sangat dikenalnya.

“ada apa Eli oppa?” tanya Shin Hye sambil kembali memandang layar ponselnya.
Eli mengambil tempat duduk di samping adiknya, Shin Hye sedikit bergeser mempersilakan Eli untuk duduk di kursi panjang itu. “apa kau punya waktu untuk menemaniku pergi malam ini?” tanyanya kemudian.
Shin Hye menoleh, “hah?! Menemanimu kemana?”
Eli memperbaiki posisi duduknya sehingga dia mengahadap langsung ke arah Shin Hye. “temani aku untuk makan malam diluar. Aku sedang malas makan dirumah,” katanya singkat semakin membuat Shin Hye bingung.
“kenapa tiba-tiba ingin makan diluar bersama denganku? Bukankah kau bisa mengajak salah satu teman wanitamu?”
Eli menyipitkan kedua matanya memandang Shin Hye sehingga matanya yang memang sudah sipit semakin sipit lagi. Dia memang sering  melakukan hal itu. “apa aku tidak boleh berkencan dengan adikku satu-satunya malam ini?” rajuk Eli.
Shin Hye mendengus. Kakanya memang pandai merayu makanya dia bisa memiliki banyak ‘teman wanita’ dan itu juga sebabnya Shin Hye tidak mudah termakan rayuan orang lain karena seperti yang bisa dilihat, kakaknya juga sering merayunya jika ada maunya. “memangnya mau mengajakku makan malam dimana?” kata Shin Hye pada akhirnya menyetujui tawaran kencan kakaknya.
Seulas senyuman puas menghiasi bibir Eli saat mendengar perkataan Shin Hye itu. “S.E.C.R.E.T.” ucapnya terbata-bata melafalkan satu persatu hurufnya. “yang jelas malam ini kau harus berdandan yang cantik, ok?” kata terakhirnya sebelum dia beranjak meninggalkan Shin Hye yang tetap duduk di kursi santai belakang rumahnya dan tak lupa mengelus puncak kepala Shin Hye sebelum berdiri.
Setelah Eli benar-benar menghilang dari pandanganya, Shin Hye hanya tersenyum samar melihat tingkah kakaknya yang tidak pernah berubah itu. Terkadang dia pernah menberharap agar kakaknya kena karma atas perbuatannya yang suka mempermainkan perempuan, tapi hingga sekarang harapanya tak kunjung terkabul.

***

“memangnya kita mau makan dimana sih? Sampai menyuruhku menggunakan dress seperti ini?” keluh Shin Hye memandang sinis Eli yang tengah berkonsentrasi memutar stir mobilnya untuk berbelok memasuki kawasan Apgujeong-dong. Shin Hye mengenakan dress berwarna abu-abu selutut. Sudah sangat lama dia tidak mengenakan baju yang seperti ini. Shin Hye sedikit risih dengan penampilanya. Tapi sepertinya Eli tidak memperdulikan tatapan sinis adiknya itu. Mata Shin Hye semakin menyipit melihat mobil yang ditum-panginya berhenti didepan salah satu restoran yang sekali lihat saja sudah ketahuan kalau harga makananya sangat mahal.
“ayo turun,” ajak Eli sambil melepaskan sabuk pengamannya.
Sedikit ragu, tapi Shin Hye pun mengikuti Eli –melepaskan sabuk pengaman dan ber-jalan keluar menuju pintu masuk. Eli sedang menunggunya disana.
“sudah pesan tempat tuan?” kata seorang pelayan ketika meraka menapakan kakinya di pintu masuk. “sudah, Eli Kim.” jawab Eli singkat dan baru kemudian pelayan itu mempersilahkan mereka masuk.
Mereka melangkah menuju sebuah meja yang berada di dekat sebuah jendela besar yang menghadap ke jalan. Eli menarikan sebuah kursi sebelum dia mempersilakan Shin Hye untuk duduk. Setelah mereka duduk pelayan memberikan buku menu untuk mereka berdua. Beberapa saat Shin Hye dan Eli sibuk dengan buku menu yang dipegangnya, sebelum keduanya masing-masing menyebutkan pesanan pada pelayan. Pelayan pun pergi.
“jadi ada acara besar apa sehingga oppa mengajakku makan direstoran seperti ini?” kata Shin Hye membuka pembicaraan.
Tubuh Eli dicondongkannya kedepan supaya pembicaraan mereka tidak didengar oleh orang lain. Shin Hye pun melakukan hal yang sama dengan kakaknya. “kau tahukan kalau aku sedang berusaha untuk membuka cabang Club ku?” kata Eli dengan hati-hati.
Shin Hye mengangguk. Dia tahu rencana kakaknya untuk membuka cabang baru untuk Club malamnya di kawasan elit ini –itu kabar yang di dengarnya sekitar tiga bulan yang lalu. Kakaknya telah membuka sebuah Club malam yang cukup terkenal di kawasan ini. Club malam kakaknya terkenal bukan hanya karena kakaknya lah yang membuka Club itu –Eli sangat terkenal karena wajahnya yang tampan, pandai dan juga playboy –melainkan juga karena interior Club-nya yang terkenal menakjubkan. Dan walaupun kakaknya mempunyai sebuah Club malam, akan tetapi Shin Hye belum pernah sekali pun menginjakkna kaki ke dalam Club malam itu sehingga dia tidak tahu bagaimana wujud dalam Club Eli yang dielu-elukan itu. Palingan dia hanya sampai di pintu depan jika dia terdesak mencari kakaknya. Eli juga tidak pernah mengizinkan Shin Hye untuk masuk ke dalam, karena dia tidak ingin membahayakan keselamatan adik perempuan satu-satunya itu dengan membiarkannya masuk kedalam Club malam.
“dan aku sudah mendapatkan lokasi yang bagus sekitar sebulan yang lalu. Dan sekarang dalam pengerjaan dekorasinya.” Sambungnya yang kemudian menarik kembali tubuhnya hingga bersandar ke sandaran kursi.
Shin Hye melakukan hal yang sama, lalu berkata, “jadi ini untuk merayakan dapat tempat baru itu?” tanya singkat.
Eli akan menjawab ketika pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi baru Eli menjawab pertanyaan Shin Hye tadi. “ya, itu salah satu alasan aku mengajakmu makan malam disini,”
Shin Hye memiringkan kepalanya, “salah satu alasan? Apa alasan yang lainya?”
Eli hanya menyunggingkan senyuman khasnya –sebuah senyuman ‘evil’. “alasan lainnya? Itu nanti saja kita bicarakan. Dan sebaiknya ayo kita mulai makan, aku sudah lapar.” ajaknya kemudian.
Shin Hye mengangguk tanda setuju, perutnya juga sudah memanggil dari tadi. Dengan gerakan lembut namun pasti, dia mengiris danging steak di depannya. “jadi, kapan oppa akan membuka Club itu?”
Eli memandang Shin Hye dengan tatapan berbinar. “jika dilihat dari pengerjaannya saat ini, mungkin Club itu bisa di buka dua bulan lagi. Tapi jika pekerjaan mereka bisa di per-cepat lagi maka Club itu bisa dibuka lebih cepat juga, mungkin bisa bulan depan.”
“lalu apakah Appa dan Eomma sudah tahu? Bukankah kau bilang kau belum memberi tahukan mereka?”
“aku sudah memberi tahukan mereka –sebulan yang lalu saat sudah mendapatkan izin tempat itu. Dan mereka setuju, asalkan aku tidak menelantarkanmu karena sibuk dengan perempuan-perempuan itu,” ujarnya santai sambil memsukkan sepotong irisan kecil danging kedalam mulutnya.
“aku heran mengapa Appa dan Eomma masih tetap mengizinkanmu untuk membuka sebuah Club malam lagi?” kata Shin Hye sembari menggeleng lambat.
“karena mereka sayang padaku,” candanya sambil tertawa renyah. Sayangnya Shin Hye tidak begitu mendengar perkataan Eli setelah itu.
Shin Hye merasa sudah cukup lama mereka tidak berbincang-bincang seperti ini dan menghabiskan waktu dengan makan malam berdua diluar. Terakhir kali Shin Hye mengingat mereka berbincang begini ketika Shin Hye berada di kelas dua sekolah menengah pertama, berarti itu sekitar dua atau tiga tahun yang lalu. Eli memang menjadi sibuk dengan kegiatannya di Club malam, serta kegiatannya untuk mengurusi perusahaan keluarga mereka yang berada di sini. Sebenarnya Eli tidak suka untuk bekerja terikat disebuah perusahaan, maka dari itu dia membuka Club malam tersebut dan beberapa distro di kawasan Myeong-dong.
“oh ya, bagaimana dengan Gong Chan?” tanya Eli tiba-tiba. Shin Hye mendadak tersedak mendengar pertanyaan Eli. Eli langsung menyodorkan minuman untuk adiknya. Nyaris seminggu ini Shin Hye tidak memikirkan tentang Gong Chan, tetapi mengapa kakaknya melah memancing untuk mengingat laki-laki itu lagi?
Shin Hye meneguk air yang di berikan kakaknya sebelum menjawab pertanyaan tersebut, “bagaimana apanya? Seperti yang oppa ketahui kami sudah putus, hubungan kami sudah berakhir.” Kata Shin Hye mencoba sewajarnya namun tanpa ia sadari menekan kalimat tearkhir ucapannya.
Eli sedikit merasa bersalah dengan menanyakan hal itu kepada adiknya, dia tahu saat ini dia sudah merusak suasana hati Shin Hye. “mianhaeyo jika aku menyakannya tiba-tiba. Aku hanya ingin tahu saja,”
Shin Hye hanya diam menganggapi permintaan maaf Eli.
“jadi, apa kau sudah menemukan laki-laki lain?” Eli mecoba menggoda adiknya agar suasana yang tiba-tiba canggung itu menghilang.
“ah, apa kau tahu oppa? Kau itu sama saja dengan Soon Hwa. Sibuk menanyakan hal yang sama kepadaku. Tolong jangan samakan aku denganmu yang dengan mudah mendapatkan pengganti jika kau putus dengan salah satu pacarmu.” Sergah Shin Hye sinis.
“Dengar! Mereka semua bukan pacarku, mereka hanya kenalanku. Aku tidak pernah membuat hubungan khusus dengan salah satu dari mereka. Dan jika kau berkata begitu berarti kau baru saja menyamakan aku dengan mantan pacarmu itu?”
“bukankah kalian memang sama saja? Ah, ini mungkin karma untukku karena mempunyai kakak sepertimu, ya?” kata Shin Hye sambil tersenyum merendahkan kepada kakaknya.
Eli mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mulai memasang ekspresi merajuknya. Membalas ekspresi itu, Shin Hye hanya tertawa renyah. Dia tahu kakaknya tidak akan benar-benar marah kepadanya apalagi karena soal itu. Eli pun ikutan tertawa yang dibuat-buat mengikuti tawa Shin Hye.

***

Malam semakin larut ketika Shin Hye dan Eli tiba di depan rumah mereka. Dengan muram Shin Hye melepaskan sabuk pengaman lalu mebuka pintu mobil dan segera menghambur keluar dari sana menuju pintu rumah mereka. Eli hanya melirik dari sudut matanya. Eli tahu betul apa yang menyebabkan suasa hati adiknya menjadi semuram itu. Ini gara-gara seseorang yang bertemu dengan mereka tanpa sengaja saat di restoran tadi. Eli sedikit mendesah melihat Shin Hye yang bergegas menuju kamarnya. ‘Dia pasti akan menangis lagi’ pikir Eli perihatin.
Eli menghentikan gerakan tangannya untuk mengetuk pintu kamar Shin Hye tepat beberapa senti sebelum menyentuh pintu. Dia mendekatkan kupingnya ke pintu. Benar dugaanya, Shin Hye sedang menangis. Dia sangat benci jika melihat atau mendengar adiknya menagis sendirian dikamar, apalagi Shin Hye menangis karena seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Dan jika saat-saat seperti ini terjadi, Eli tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa tidak berguna sebagai seorang kakak. Eli membalik badan dan mulai berjalan menuju kamarnya dengan gusar.
Shin Hye langsung menutupi wajahnya dengan bantal menahan air mata yanng telah menyeruak keluar ketika ia masuk ke dalam kamar. Mengapa dia harus menangis lagi? Gerutunya dalam hati. Bukankan seharusnya dia tidak perlu menangis untuk laki-laki itu lagi? Dia sudah berjanji kepada dirinya untuk melupakan laki-laki itu? Tetapi mengapa hatinya masih tetap terasa sakit ketika harus melihat laki-laki itu bersama perempuan lain? Seperti yang dilihatnya sebelum dia dan kakaknya meninggalkan restoran.
Shin Hye masih ingat betul bagaimana ekspresi Gong Chan ketika mereka tanpa sengaja bertemu di koridor restoran saat Shin Hye keluar dari toilet.

Shin Hye menepuk-nepuk dress bagian bawahnya untuk sekedar merapikan dress itu dari kekusutan yang ditimbulkanya tadi. Gerakan itu terus berulang sebelum tiba-tiba berhenti tepat ketika tubuhnya akan beradu dengan seseorang. Tubuh Shin Hye membeku seketika melihat siapa orang yang akan di tabraknya. Gong Chan. Gumamnya dalam hati saat dia ingin meminta maaf terhadap orang malang itu. Timbul perasaan yang tidak nyaman di dalam hatinya. Perasaan yang membuat dadanya begitu sakit dan sulit bernafas.
“sedang apa kau disini?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Gong Chan kepadanya sambil menatap Shin Hye dengan pandangan yang selalu ia rindukan.
Shin Hye bergeming untuk sesaat. Lidahnya begitu kelu untuk menjawab pertanyaan Gong Chan berusan. Tetapi akhirnya dia menjawab juga, “aku sedang makan malam disini. Oppa juga sedang apa di sini?” Shin Hye balik bertanya. Sebenarnya Shin Hye tidak ingin melontarkan kata-kata tersebut. Tetapi bibirnya tidak bisa ditahan.
Terlihat Gong Chan sedikit membuat seulas senyuman dibibirnya sebelum dia berkata, “aku juga sedang makan malam disini dengan seseorang,”
Tanpa perlu bertanya lagi, Shin Hye tahu dengan siapa Gong Chan pergi makan malam. Pasti dengan perempuan itu. Ujarnya dalam hati.
“aku pergi bersama Baek Hee. Kau pergi makan malam dengan siapa?” kata Gong Chan. Entah mengapa Shin Hye merasa Gong Chan sengaja mengatakan  hal itu.
“oh,” gumam Shin Hye mencoba acuh tak acuh. “aku pergi dengan kakakku.” Katanya kemudian.
“begitukah? Oh, keadaanmu baik-baik sajakan? Kau tidak sering menangisi masalah kitakan?” tanya Gong Chan bertubu-tubi. Apa dia tidak tahu kalau aku ingin menangis saat ini? Gerutu Shin Hye dalam hati.
“tidak, aku bukan wanita yang lemah seperti yang kau pikirkan,” ucapnya berbohong.
Gong Chan hanya tertawa kecil. “baguslah kalau begitu. Ya, aku tahu. Kau bukan wanita lemah seperti itu. Oh, maaf aku harus kembali ke meja ku, Baek Hee pasti sudah menungguku. Selamat tinggal.” Katanya sebelum berlalu.

Shin Hye telah berhenti menangis, dia mengusap pipinya dengan punggung tangan menghapus jejak-jejak air mata yang masih tersisa. Sial! Umpatnya dalam hati.
“baiklah, aku tidak akan menagis lagi untukmu. Aku akan menjadi wanita kuat seperti yang kau katakan itu,” gerutu Shin Hye.
“aku akan mencari laki-laki yang lebih baik darimu dan membuatmu menyesal meninggalkanku.” Gerutu terakhir Shin Hye sebelum dia jatuh dalam lelap.

Komentar

  1. Komen Please :)
    don't to be a Silent Readers :)
    Thank You :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer